Minggu, 22 Januari 2012

KOMPETENSI BERPIDATO


Kompetensi Dasar :
10.1 Berpidato/
berceramah/ber-khotbah dengan intonasi yang tepat dan artikulasi serta volume suara yang jelas

Indikator :
1. Mampu menyusun garis besar kerangka pidato/ceramah/khotbah
2. Mampu berpidato/berceramah/berkhotbah dengan intonasi yang tepat dan artikulasi serta volume suara yang jelas

RINGKASAN MATERI
Sistematika pidato terdiri dari
1. Pendahuluan
Pendahuluan merupakan pengantar sebelum orator menyampaikan isi berita yang ingin disampaikan. Pendahuluan pidato biasanya terdiri dari
a. Salam
b. Sapaan terhadap orang yang hadir. Sapaan diawali dari orang yang berkedudukan tertinggi sampai pada pendengar yang umum.
c. Ucapan syukur. Ucapan syukur terkadang ditiadakan terutama pada pidato yang sifatnya umum.
2. Isi
Isi pidato mencakup hal-hal pokok seperti topik pidato. Topik pidato diusahakan sesuai dengan kegiatan yang tengah dilaksanakan. Pokok yang lain adalah permasalahan. Permasalahan yang akan diungkapkan sebisa mungkin yang terkini dan dihubungkan dengan kegiatan. Pokok pidato yang ketiga adalah solusi. Solusi akan mengungkapkan saran atau hal-hal yang bisa dijadikan alternative pemecahan masalah yang diungkapkan sebelumnya.
3. Penutup
Penutup berisi beberapa hal yaitu
a. Kesimpulan isi pidato yang telah disampaikan.
b. Permohonan maaf
c. Salam
Agar pidato yang akan disampaikan lebih sistematis, alangkah baiknya pidato disiapkan sebelumnya. Persiapan terdiri dari penentuan topic yang menarik, pendataan permasalahan yang sesuai, pembuatan kerangka pidato, pengembangan kerangka menjadi pidato yang utuh.

Metode berpidato
Ada beberapa cara seseorang melakukan pidato di depan orang banyak. Metode tersebut adalah
1 Metode menghapal. Metode ini dilaksanakan dengan cara menghapal keseluruhan isi pidato yang telah dibuat sebelumnya. Kelemahan metode ini adalah apabila di tengah perjalanan pidato orator lupa hapalan, pidato akan menjadi kacau.
2 Metode membaca naskah atau metode naskah yaitu orator membaca naskah pidato yang telah dipersiapkan sebelumnya. Dengan metode ini, pidato akan lebih lancar dan sesuai dengan rencana. Namun metode ini juga masih terdapat kelemahan. Kelemahan tersebut adalah orator tidak dapat menyelipkan ide-ide baru di luar naskah yang telah dipersiapkan.
3 Metode serta merta atau impromptu yaitu pidato tanpa adanya persiapan sama sekali. Metode ini akan dirasa sulit oleh orang yang jarang berpidato. Ide-ide tidak muncul sehingga orator bingung apa yang harus diucapkan. Namun dapat juga kebalikannya, ide-ide datang silih berganti sehingga isi pidato tidak berhubungan satu sama lainnya.
4 Metode ekstemporan atau garis besar naskah. Pada metode ini orator hanya mempersiapkan garis besar isi pidato yang akan disampaiakan. Pengembangan isi akan dilakukan saat pelaksanaan pidato di podium.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam berpidato
1. Berpakaian sopan, bersih, dan rapi.
2. Jangan menampakkan ketakutan atau ketidaksiapan di depan umum.
3. Suara yang keras agar bisa terdengan dengan jelas oleh keseluruhan pendengar.
4. Gunakan intonasi yang bervariasi agar tidak membosankan.
5. Perhatikan waktu karena pidato yang terlalu lama kan menjenuhkan.
6. Jangan mengulang-ulang isi yang tidak diperlukan.
7. Usahakan hilangkan kata-kata penjeda untuk berpikir seperti “e….”
8. Jangan berbicara kasar dan atau menyangkut pornografi.
9. Gunakan bahasa tubuh yang luwes dan fleksibel.

Beberapa kesalahan bahasa saat penyampaian pidato
a. Penggunaan kata-kata yang terpengaruh bahasa asing atau pergaulan seperti nggak, kagak, haturkan, kita daripada bangsa Indonesia…., Nampak.
b. Penggunaan kata-kata yang tidak logis seperti terima kasih yang sebanyak-banyaknya, beribu-ribu terima kasih, mohon maaf yang sedalam-dalamnya, maaf yang sebesar-besarnya, dan lainnya yang sejenis.
c. Penggunaan katakata yang tumpang tindih seperti disebabkan karena, seperti misalnya, sangat….sekali, hanya….saja.

MENULIS KARYA ILMIAH


Kompetensi Dasar :
12.1 menulis karya tulis sederhana dengan menggunakan berbagai sumber

Indikator :
• Mampu menentukan sistematika karya tulis
• Mampu menuliskan catatan pustaka dan daftar pustaka sebagai rujukan.
• Mampu menulis karya tulis sederhana dengan menggunakan berbagai sumber
• Mampu menyunting karya tulis

Karya ilmiah adalah karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta yang dapat dibuktikan kebenarannya dan ditulis menurut metodologi penulisan yang baik dan benar.
Ciri karya ilmiah
1 Berisi fakta yang dapat dibuktikan kebenarannya.
2 Didukung oleh teori yang ada.
3 Mengikuti sistematika penulisan yang sudah ditentukan.
4 Bersifat proporsional atau seimbang sesuai dengan kebenaran yang ada.
5 Bersifat konsisten atau taat aturan.

Sistematika karya ilmiah.
Ada beberapa sistematika karya ilmiah yang berlaku. Namun pada hakikatnya sistematika tersebut terbagi menjadi tiga bagian yaitu pendahuluan, isi dan penutup. Di samping ketiga bagian tersebut, karya ilmiah juga dilengkapi bagian-bagian yang biasanya menyertai yang bersifat pendukung. Berikut ini adalah contoh sistematika penulisan karya ilmiah
Bagian awal
1 Lembar judul
2 Abstrak
3 Persetujuan dan atau pengesahan
4 Kata pengantar
5 Daftar isi
Bagian pendahuluan
A. Latar belakang
B. Tujuan
C. Permasalahan
D. Sistematika penulisan
Bagian isi
A. Landasan teori
B. Pembahasan permasalahan
Bagian penutup
A. Kesimpulan
B. Saran
Bagian akhir
1 Daftra pustaka
2 Lampiran

Lembar judul berisi tentang judul karya ilmiah yang ditulis beserta penulis karya tersebut. Judul pada karya tulis harus memiliki syarat sebagai berikut
1 Judul harus memberikan gambaran yang jelas tentang permasalahan yang akan dibahas.
2 Sesuai dengan tema yang dibahas.
3 Manarik dan menggugah rasa ingin tahu baik bagi pembaca maupun penulis.

Abstrak berisi ringkasan secara keseluruhan isi karya ilmiah dari awal sampai akhir.
Persetujuan / pengesahan berisi tentang persetujuan dari guru atau dosen yang membimbing penulisan. Dengan persetujuan tersebut menunjukkan bahwa karya ilmiah tersebut sudah dapat dipertanggungjawabkan kesesuaian dan keabsahan isinya.
Kata pengantar merupakan bagaian yang fungsinya mengantarkan pada pembaca tentang isi karya ilmiah secara garis besar. Dalam kata pengantar biasanya berisi tentang garis besar pembahasan isi dan ucapan terima kasih pada orang-orang yang telah berjasa terhadap karya tersebut.
Latar belakang berisi tentang hal-hal yang melatar belakangi penulis memilih tema yang diambil untuk penulisan karya ilmiah tersebut. Latar belakang umumnya berisi tentang kesenjangan antara dasein dan dasolen atau antara harapan dan kenyataan. Kesenjangan tersebut akhirnya akan mengerucut pada timbulnya permasalahan yang akan dibahas disertai dengan pemilihan permasalahan (tema) serta penentuan harapan penulis terhadap karya tersebut.
Permasalahan berisi pertanyaan-pertanyaan yang menjadi pusat pembahasan dalam karya ilmiah tersebut. Permasalah dikembangkan dari permasalahan yang terdapat pada latar belakang dan dibuat dalam kalimat pertanyaan.
Landasan teori adalah teori-teori yang melandasi alur pikir kita dalam membahas permasalahan yang kita ungkapkan. Teoru-teori tersebut dapat diperoleh dari media cetak seperti buku, artikel, atau jurnal. Dapat pula dari media elektronik seperti sumber dari internet. Teori-teori yang kita pakai harus disertai dengan asal sumbernya. Dalam membuat landasan teori, pola yang dipakai adalah pola SAS (Struktur, analisis, sintesis). struktur berbentuk kutipan teori menurut yang diambil dari buku ataupun yang lain. kutipan ini bisa berupa kutipan langsung maupun tidak langsung. selanjutnya analisis. tahapan analisis ini berisi ulasan atau pandangan penulis (kita) terhadap teori yang kita kutip. tahap terakhir adalah sintesis yang berisi kesimpulan setelah kita mengutip beberapa teori dalam satu pembahasan tertentu. untuk jelasnya, perhatikan contoh berikut ini!
Cerita pendek atau lebih akrabnya dikatakan cerpen merupakan sebuah karya sastra berbentuk prosa. Menurut Kosasih dikatakan bahwa cerpen adalah cerita yang dapat dibaca sekitar sepuluh sampai tiga puluh menit selesai. Dalam hubungannya dengan jumlah kata, cerpen terbentuk dari sekitar 500 s.d. 5000 kata. (E.Kosasih, 2008) di sini tampak bahwa penentu sebuah prosa dikategorikan cerpen atau bukan pada banyaknya jumlah halaman yang memungkinkan untuk dibaca dalam satu waktu membaca.
Lain halnya dengan Abdul Rozak Zaidan yang menekankan pada sisi isi. Zaidan mengatakan bahwa cerpen atau yang disebut kisahan atau dalam bahasa inggrisnya Shorth story harus memberi kesan tunggal yang dominan tentang seorang tokoh dalam satu latar dan situasi dramatik tertentu. (Abdul Rozak Zaidan DKK, 1996) Di sini zaidan manggarisbawahi bahwa suatu cerpen hanya mengungkapkan satu situasi dramatis yang luar biasa dari perjalanan hidup sang tokoh. Dengan fokus satu bagian saja, akan memungkinkan cerita berjalan dengan cepat atau pendek.
Pendapat ini dipertegas lagi dengan pendapat Atikah yang mengatakan bahwa cerpen merupakan suatu bentuk karya sastra yang berjenis prosa dengan menampilkan sepenggal peristiwa yang terjadi pada diri tokoh yang menjadi fokus cerita (Atikah Dkk,2008:6). Pendapat Atikah ini lebih menekankan pada peristiwa inti yang dialami tokoh. Pendapat ini sejalan dengan pendapat Suharna yang mendefinisikan cerpen sebagai sebuah cerita fiksi yang menceritakan sebagian kisah kehidupan tokoh baik yang mengharukan maupun menyedihkan dengan penceritaan yang lebih singkat. Lebih lanjut Suharna mengatakan bahwa sebuah cerpen bukan didasarkan pada panjang pendeknya cerita cerita tetapi lebih dtekankan pada fokus permasalahan yang diceritakan di dalamnya. ( Suharna,2006:6)
Dari beberapa difinisi di atas dapat disimpulkan bahwa cerpen merupakan bentuk karya sastra yang berjenis prosa yang di dalamnya berkisah tentang satu peristiwa penting dari kehidupan tokoh utamanya. Dilihat dari panjang pendeknya naskah, cerpen pada umumnya dapat dibaca dalam sekali waktu membaca.

IDE DAN PENGEMBANGAN IDE DALAM MENULIS PROSA FIKSI

Sering kita atau merasa tidak punya ide untuk menulis cerpen. Di lain kesempatan kita juga dihadapkan pada kebingungan apa yang harus saya tulis dengan tugas menulis cerpen. Pikiran buntu dan tak satu pun ide mau singgah di kepala kita. Apa benar? begitu sulitkah kita mencari ide yang bagus yang dapat kita angkat sebagai sebuah cerpen? Ternyata pertanyaan-pertanyaan seperti itu akan dijawab dengan satu kata “TIDAK”. Mencari ide tidak sesulit itu. Bahkan terlalu mudah.
Ah masa sih mencari ide mudah? Mungkin Anda tidak percaya. Bukankah ide dapat kita peroleh dari pengalaman hidup kita atau orang lain? itu artinya ide dapat digali sebanyak orang yang berada di muka bumi ini. Lebih sempit lagi ide dapat kita gali dari orang-orang yang kita kenal seperti teman, sahabat, keluarga, atau yang lainnya. Coba Anda hitung berapa orang yang Anda kenal. Cukup banyak kan? Itu belum dikalaikan berapa banyak mereka memiliki pengalaman yang menarik. Tentunya tidak ada satu pun orang hanya memiliki satu pengalaman. Seandainya kita mengenal seratus orang yang dekat dan mereka masing-masing memiliki lima pengalaman yang menarik itu berarti kita bisa menggali sebanyak lima ratus ide yang dapat kita angkat sebagai sebuah cerpen. Kalau ide-ide itu kita jadikan cerpen semua, coba bayangkan berapa buah buku kumpulan cerpen yang dapat kita buat; berapa hari cerpen itu dapat diselesaikan. Sementara setiap hari pengalaman manusia juga semakain bertambah.
Selain dari orang-orang yang kita kenal, ide dapat juga kita peroleh dari peristiwa di sekitar kita dari orang-orang yang tidak kenal. Di mana dapat kita dapat mengetahui peristiwa-peristiwa tersebut? Kita dapat mengetahui cerita tersebut dengan membaca koran, majalah, melihat berita di televisi atau radio, atau situs-situs pertemanan di internet.
Wah berarti kita harus serius dong melihat berita-berita yang ada di media cetak atau elektronik? Tidak juga. Dari kita menonton hiburan pun kita bisa menemukan ratusan ide yang menarik yang dijadikan sebuah cerpen. Contoh nyatanya adalah cerita yang ada pada film, sinetron, atau realiti show yang ada di televisi suasta yang akhir-akhir ini membooming menjadi sumber ide yang lain. bagi yang senang dengan lagu-lagu, syair lagu dan videoklipnya pun menjadi sumber ide yang tak akan pernah habis kita gali selama manusia membutuhkan hiburan. Pendek kata, tak ada alasan kita tidak menulis cerpen karena tidak punya ide.
Yang terpenting ada kemauan kita untuk menangkap pengalaman mereka. Kalau kita bisa menangkapnya, ide seperti sebuah sumur yang takkan pernah kering. Selanjutnya kita tinggal memoles sedikit ide-ide yang ada tersebut menjadi lebih ciamik sehingga terkesan ceritanya tidak 100% sama. Tapi kalu toh sama itu pun sah-sah saja. Yang penting kita tidak menjadi plagiator alias orang yang mengklaim karya orang lain sebagai karya kita sendiri.
Lalu bagaimanakah langkah kita selanjutnya dengan ide-ide tersebut? Ada beberapa langkah yang harus kita lakukan yaitu:
1. Pilih salah satu ide yang menarik dari ratusan ide’
Ratusan ide yang ada tersebut tentunya tidak mungkin kita angkat semua menjadi sebuah cerpen dalam waktu yang bersamaan. Bukankah otak dan kemampuan kita terbatas. Oleh karena itu, kita harus pilih salah satu saja ide-ide tersebut. Bagaimanakah pedoman pemilihannya? Berikut ini beberapa tip untuk membantu dalam pemilihan ide, yaitu
a. Yakinlah ide yang akan kita pilih semuanya berpotensi menarik. Jadi jangan ragu; jangan pernah berpikir ide kita biasa saja. Cerpen yang luar biasa adalah cerpen yang mengangkat ide-ide biasa tetapi mendapat respon pembaca yang luar biasa.
b. Pilihlah ide yang paling berkesan di hati kita. Dengan demikian kita akan lebih menjiwai ide tersebut. Penjiwaan ide akan membuat pemaparan ide menjadi cerita terasa lebih mengena.
c. Jadilah diri sendiri karena biasanya ide yang kita pilih lebih jelek dari ide orang lain. jangan terjebak dengan kebingungan memilih ide. Sekali terjebak, Anda hanya akan berputar pada kebingungan memilih ide.
2. Mengerucutkan ide apabila ide terlalu luas.
Cerpen merupakan cerita singkat yang dapat dibaca dalam sekali waktu. Oleh karena itu, ide yang terlalu luas dapat kita kita kerucutkan sehingga cerita tidak melebar kemana-mana. Saat sebuah cerpen ceritanya sudah tidak fokus, maka akan hilang hakikat cerpen yang pendek.
3. Memoles ide tersebut agar sesuai dengan cita rasa kita
Terkadang kita menemukan ide dari cerita diri sendiri, orang lain, film, lagu belum lengkap alur ceritanya. Oleh karena itu polesan kita untuk menjadikan sebuah cerita yang utuh. Bagaimanakah caranya? Berikut ini ada beberapa cara dan contoh dari memoles ide.
a. Menambah unsur atau bagian alur yang belum ada.
Contoh:
Sumber ide

: cerita teman tentang pertemuannya dengan seorang yang gadis cantik di rumah saudaranya saat dia bermain ke rumah saudaranya.
Polesan : Untuk memoles ide cerita di atas menjadi sebuah cerita, kita perlu membayangkan alur cerita secara keseluruhan. Oleh karena itu kita akan membentuk rencana alur terlebih dahulu. Rencana alur yang mungkin akan kita buat berdasarkan ide cerita di atas adalah
a. Introducing atau pengenalan
Dilihat dari sumber ide yang ada, kita rasanya akan sepakat kalau sumber ide yang ada tersebut masih dalam bagain introducing. Hal tersebut karena sumber ide belum memunculkan konflik. Oleh karena itu, kita perlu melengkapi bagian alur yang lain sehingga seolah-olah cerita sampai akhir. Salah satu cara untuk melengkapi bagian alur tersebut dengan melakukan sistem pengandaian. Artinya, kita mengandaikan apa yang akan terjadi dengan kelanjutan cerita tersebut. Berikut ini adalah contoh pemolesan ide dengan sistem “pengandaian” untuk melengkapi alur cerita.
b. Konflik
Salah satu konflik yang dapat kita munculkan dari introducing di atas adalah
Si tokoh (misal bernama Andre) merasakan ada getar-getar panah asmara terhadap gadis yang dilihatnya (misalnya kita beri nama Alisa)
c. Konflik memanas
Pada tahap konflik memanas ini kita bisa menampilkan beberapa peristiwa berikut
1) Andre sering mengirim SMS pada Alisa yang isinya mengungkapkan kerinduannya pada Alisa
2) Rasa rindu Andre yang terus menghantui memaksa dia harus bicara terus terang kepada Alisa. Sementara dia juga bingung karena dia masih menjalin hubungan dengan Dina.
3) Andre akhirnya bertekad mendua hati. Baginya dia tidak tega untuk memutuskan cinta Dina tapi dia juga tidak mau membohongi perasaan hatinya.
d. Klimaks
Andre datang ke rumah Alisa untuk mengungkapkan perasaanya kepadanya. Alisa menolak secara halus tapi Andre terus saja mendesak. Tiba-tiba Dina muncul dari dalam rumah. matanya berkaca-kaca. Ternyata Alisa adalah sepupu Dina yang baru datang dari Jakarta .
e. Ending
Dina memutuskan hubungan dengan Andre sementara Alisa tetap tidak mau menerima Andre. Andre pergi dengan perasaan bersalah pada dua gadis yang dicintainya.

b. Memendekkan ide cerita yang terlalu panjang.
Sumber cerita yang kita temui terkadang terlalu panjang unruk dijadikan sebuah cerita pendek. Apabila kita menemukan sumber ide yang seperti itu, maka langkah yang harus dilakukan adalah memendekkan cerita. Ambillah bagian cerita yang paling menarik dan memungkinkan untuk dibuat cerpen. Berikut ini adalah contoh pemendekan cerita dari sebuah sumber ide
Sumber ide : Cerita rakyat Sangkuriang
inovasi : Cerita Sangkuriang ini dapat kiat angkat menjadi sebuah cerpen dengan melakukan inovasi. Inovasi dilakukan dengan mengambil inti cerita kemudian menyesuaikannya dengan realitas kehidupan yang ada. Sebagai contoh, untuk cerita Sangkuriang ini kita dapat mengubah nama tokoh, setting, dan endingnya. Dengan pengubahan ini akan tercipta sebuah cerita baru yang berbeda dengan cerita aslinya.
Berikut ini adalah gambaran adegan cerita Sangkuriang secara garis besar
1. Dayang sumbi bertemu dengan calon suaminya karena dia telah menolongnya.
2. Dayang sumbi menikah tanpa direstui oleh orang tuanya.
3. Mereka diusir dari istana
4. Lahir Sangkuriang di tempat pelarian.
5. Sangkuriang berburu dan tanpa disadarinya dia telah membunuh babi hutan yang merupakan penjelmaan ayahnya.
6. Sangkuriang diusir oleh Dayang Sumbi karena dia telah membunuh ayahnya sendiri.
7. Sangkuriang mengabdikan diri di sebuah kerajaan
8. Sangkuriang yang telah menjadi prajurit tangguh berburu di sebuah hutan dan bertemu dengan Dayang Sumbi yang masih tampak muda.
9. Sangkuriang jatuh hati kepada Dayang Sumbi
10. Saat sedang berduaan, Dayang Sumbi melihat tanda lahir yang ada di badan Sangkuriang. Akhirnya Dayang Sumbi mengetahui bahwa Sangkuriang adalah anaknya sendiri.
11. Dayang Sumbi menolak cinta Sangkuriang, tapi Sangkuriang memaksa. Akhirnya Dayang Sumbi mengajukan syarat kepada sangkuriang untuk membuatkan perahu dalam satu malam.
12. Sangkuriang menyanggupi syarat yang diajukan Dayang Sumbi. Dengan kesaktiannya, Sangkuriang membuat perahu.
13. Dayang Sumbi melihat Sangkuriang yang sedang membuat perahu. Khawatir angkuriang dapat memenuhi permintaannya, Dayang Sumbi berusaha untuk menggagalkan usaha Sangkuriang.
14. Sangkuriang marah karena usahanya telah digagalkan Dayang Sumbi. Akhirnya, dia menendang perahu yang telah dibuatnya sampai terpelanting jauh. Dengan ajaib, perahu tersebut jatuh dalam posisi tertelungkup dan berubah menjadi gunung. Sampai sekarang, gunung tersebut diberi nama Gunung Tangkuban Perahu.
Karena terlalu panjang, cerita dapat kita mulai dari saat sangkuriang bertemu dengan Dayang Sumbi. Cerita seharusnya berawal dari

a. Mengubah atau memberi ending cerita.
Sumber ide

: cerita teman tentang keinginannya untuk terus sekolah sampai dia mendapatkan selembar ijazah. Namun nasib berkata lain. ibunya meninggal dunia saat dia berada di kelas 9 SMP. Hidupnya oleng karena biaya hidup keluarganya selama ini banyak bergantung pada ibunya yang bekerja sebagai pembantu di Jakarta. Kini bapaknya mencoba mengadu nasib ke Jakarta agar bisa membiayai hidup keluarganya. Namun sekali lagi nasib sial menimpanya. Bapaknya yang selama ini sakit-sakitan akhirnyakembali ke kampung dengan penyakit yang semakin parah. Sebagai anak tertua, Darma (nama teman yang bercerita) dihadapkan pada dua pilihan, antara harus terus sekolah seperti cita-citanya ataukah dia harus bekerja untuk membantu biaya hidup keluarganya.
Polesan : Dilihat dari peristiwa yang ada pada ide cerita di atas kita mengetahui bahwa cerita belum selesai. Oleh karena itu, kita kita memberikan ending yang sesuai dan logis.
Berikut ini salah satu rencana alur yang bisa dikembangkan dari ide cerita di atas
a. Introducing atau pengenalan
Gambaran tentang suasana di rumah duka saat ibunya meninggal.
b. Konflik
Putus harapan tokoh (misal bernama Hasan) untuk bisa melanjutkan sekolah
c. Konflik memanas
1) Ayahnya yang sering sakit-sakitan akhirnya harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga.
2) Hasan harus menjadi orang tua untuk adik-adiknya mengurus keperluan mereka
3) Hasan bingung karena iuran sekolah yang harus segera dibayarkan mendekati masa ujian.
4) Bapakya kambuh penyakitnya dan akhirnya pulang kampung. Tepat di depan rumahnya bapaknya terjatuh dan akhirnya menghembuskan nafas yang terakhir.
5) Tokoh memutuskan berhenti sekolah
d. Klimaks
Teman-teman satu kelas datang beserta bapak guru wali kelas. mereka meminta Hasan untuk kembali sekolah. Hasan menceritakan kesulitan yang diahadapi.
e. Ending
Hasan kembali bersekolah. Biaya sekolah ditanggung oleh teman-teman sekolahnya.